Rabu, 21 November 2012

Target Segmentasi Demografi

A. Target Segmentasi Audience Berdasarkan Usia


Target Segmentasi Demografi Usia biasanya audien dibedakan menurut usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Tetapi pembagian ini masih dianggap terlalu luas. Misalnya, kelompok usia dewasa memiliki rentang usia yang cukup luas sehingga perlu dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Lembaga independen Nielsen Media Research dan Biro Pusat Statistik milik pemerintah membagi audien atau pasar berdasarkan usia yang kelompokan sebagai berikut;

adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang informasi global serta media dan berfokus pada suatu penelitian dan melakukan suatu riset dalam memberikan suatu informasi tentang pemasaran dan konsumen, televisi, serta melakukan riset terhadap media yang lainnya, seperti riset terhadap bisnis publikasi, trade show dan riset terhadap dunia online.

Pembagian audien atau pasar berdasarkan usia oleh  Nielsen Media Research:
 
No. Target Audien
1 5 – 9 tahun
2 10 – 19 tahun
3 20 - 29 tahun
4 30 - 39 tahun
5 40 +

Pembagian audien atau pasar berdasarkan usia oleh Biro Pusat Statistik:

No. Target Audien
1 0 – 14 tahun
2 15 – 20 tahun
3 20 – 29 tahun
4 30 – 39 tahun
5 40 +

B. Target Segmentasi Audience Berdasarkan Jenis Kelamin (gender)


       Program televisi yang disajikan tidak seluruhnya dapat dibedakan dengan segmen ini. Program drama komedi, jarang dibedakan dengan segmen ini. Tetapi program-program tertentu seperti program olah raga (disukai pria), infotainment (wanita), sinetron (wanita), program memasak (wanita), program berita (pria). Biasanya wanita lebih banyak menonton televisi dibandingkan pria.

  

    Audien yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umumnya mengkonsumsi barang-barang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selera merekapun umumnya berbeda dalam mengkonsumsi program. Kalangan eksekutif lebih menyukai program yang dapat mendorong daya pikir mereka atau membantu mereka dalam mengambil keputusan. Misalnya program berita atau film-film tertentu. Sementara kalangan pekerja kasar lebih menyukai musik dangdut.


  Audien dapat pula dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang dicapai. Tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan audien akan menentukan pendapatan dan kelas sosial mereka. Selain itu pendidikan juga menentukan tingkat intelektualitas seseorang. Pada gilirannya, tingkat intelektualitas ini akan menentukan pilihan barang-barang, jenis hiburan dan program radio atau televisi yang disukainya.

   Tingkat pendidikan biasanya terkait pula dengan tingkat pekerjaannya walaupun tidak pasti. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung membaca secara rutin surat kabar dan majalah-majalah tertentu yang memerlukan pemikiran-pemikiran dan analisa, menyukai konsep-konsep baru dan tertantang untuk menggali hal-hal baru. Sebaliknya, mereka yang hanya berhasil mencapai sekolah dasar umumnya akan mencari bacaan-bacaan yang ringan, mudah dipahami, banyak gambar atau foto berwarna, berjudul besar-besar dengan permasalahan sehari-hari yang dekat dengan kehidupannya.



    Produk yang dibeli seseorang biasanya erat hubungannya dengan penghasilan yang diperoleh rumah tangga orang tersebut. Selera atau konsumsi sangat dipengaruhi oleh kelas yang ditinggali oleh konsumen tersebut. Pendapatan seseorang akan menentukan di kelas sosial mana dia berada dan kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi kemampuannya berakses pada sumber-sumber daya.

Menurut Llyod Warner (1941) kelas sosial dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu; 
  1. Kelas atas-atas (A+)
  2. Kelas atas bagian bawah (A)
  3. Kelas menengah atas (B+)
  4. Kelas menengah bawah (B)
  5. Kelas bawah bagian atas (C+)
  6. Kelas bawah bagian bawah (C)
   Masing-masing kelas sosial tersebut memiliki karakter berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang dan cara mereka membelanjakan uangnya. Mereka yang mendiami kelas-kelas tersebutpun berbeda karakternya menurut lama barunya mereka berada di kelas masing-masing. Mereka yang baru saja memasuki kelas menengah (berasal dari kelas bawah) akan memiliki kebiasaan membelanjakan uang berbeda dengan mereka yang sudah mapan secara turun temurun dalam kelas itu.
 
 Pemasang iklan di radio dan televisi harus menentukan apakah ingin memasarkan produk untuk kalangan berpenghasilan tinggi, menengah atau bawah. Media penyiaran harus menegaskan kalangan mana yang menjadi targetnya sehingga pemasang iklan dapat mempromosikan produknya secara tepat.



   Saat ini agama telah digunakan untuk memasarkan berbagai macam produk. Segmentasi audien berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat program-program tertentu misalnya sinetron relegius, ceramah agama dan sebagainya. Program yang berbau agama ini dapat digunakan untuk memasarkan produk-produk yang erat dengan agama. Namun demikian, segmentasi cara ini umumnya sangat sensitif dan memerlukan keseriusan dalam menjalin hubungan dengan konsumennya. Segmentasi berdasarkan agama hanya dapat diterapkan pada komoditi tertentu yang pasarnya amat sensitif terhadap simbol-simbol agama.


   Pengelola media penyiaran dapat pula melakukan segmentasi audien berdasarkan suku dan kebangsaan sepanjang suku-suku itu memiliki perbedaan yang  mencolok dalam hal kebiasaan-kebiasaan dan kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku-suku lainnya. Selain itu, tentu saja segmennya harus cukup besar, potensial dan memiliki daya beli yang tinggi. Suku-suku tertentu biasanya memiliki ciri khas dalam soal makanan, pakaian dan cara berkomunikasi. 

   Demografi : membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan , pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan.

   Dengan melihat hasil pembangunan, perkembangan populasi penduduk dan sistem penyiaran di Indonesia, maka demografi di Indonesia hingga saat ini dapat dirinci dengan pengertian sebagai berikut;

- Akan terkonsentrasi di perkotaan
Kota besar atau setiap kota yang berkembang (jumlah penduduk, pusat bisnis dan gaya hidupnya) akan menjadi incaran bagi sebagian besar masyarakat untuk menjadikan tempat beraktivitas.

- Semakin Tua
Jumlah orang tua akan lebih besar dibandingkan dengan balita karena kecendrungan berkarya dan mengurangi keturunan. Hal ini terjadi disebabkan kompetisi yang semakin ketat.

- Melemahnya pertumbuhan penduduk
Semakin berkembangnya ekonomi suatu perkotaan menunjukkan aktivitas masyarakat yang semakin padat. Sehingga pertumbuhan penduduk akan tersendat seiring dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari.

- Jumlah anggota keluarga berkurang

Ciri Khas masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi serta pemikiran yang praktis. Kualitas anggota keluarga menjadi prioritas bukan kuantitasnya.

- Semakin banyak wanita bekerja

- Penghasilan keluarga meningkat

- Jawa tetap terpadat

Social Economic Status 2006 (Nielsen Media Research)


Share This
Subscribe Here

0 comments :

Posting Komentar

 

Site Info

Followers

Indahnya Berbagi Copyright © 2009 BeMagazine Blogger Template is Designed by Blogger Template
In Collaboration with fifa